Oleh: H. Jamaludin, MAg
Kedudukan
ilmu dalam ajaran Islam sangatlah penting. Hal ituterbukti dari banyaknya ayat Al-Qur`an
yang menjelaskan tentangbagaimana mulia dan tingginya derajat orang yang berilmu.Disamping
hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut
ilmu.
Didalam
Al-Qur`an, kata ilmu dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali, ini
bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Al-Qur`an sangat kental
dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri
penting dariagama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr. Mahadi
Ghulsyani9(1995;; 39) sebagai berikut ;
‘’Salah satu
ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap
masalah ilmu (sains), Al-Qur`an dan Al –sunah mengajak kaum muslim untuk
mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang
berpengetahuan pada derajat tinggi’’
ALLah s.w.t
berfirman dalam AL qur;’an surat AL Mujadalah ayat 11 yang artinya:
“ALLah
meninggikan baeberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman diantara
kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan ALLAH maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Ayat
di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan
menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan
menjadi pendorong untuk menuntut ILmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan
membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan ALLah ,sehingga akan tumbuh
rasakepada ALLah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal inisejalan dengan
fuirman ALLah:
“sesungguhnya
yang takut kepada allah diantara hamba –hambanya hanyaklah ulama (orang
berilmu) ; (surat faatir:28)
Disamping
ayat –ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat istimewa, Al-Qur`an
juga mendorong umat islam untuk berdo’a agar ditambahi ilmu, seprti tercantum
dalam Al-Qur`an sursat Thaha ayayt 114 yang artinya “dan katakanlah, tuhanku
,tambahkanlah kepadaku ilmu penggetahuan “. dalam hubungan inilah konsep
membaca, sebagai salah satu wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan
islam telah sejak awal menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana terlihat
dari firman ALLah yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1sampai
dengan ayat 5 yang artuinya:
“bacalah dengan
meyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan
Kamu dari segummpal darah .
Bacalah,dan
tuhanmulah yang paling pemurah.
Yang mengajar
(manusia ) dengan perantara kala .
Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahui.”
Ayat-ayat
tersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah
berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca ,sehingga posisi yang tinggi
dihadapan ALLah akan tetap terjaga, yang berearti juga rasa takut kepeada ALLah
akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh ,
dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu akan membuahkan
amal ,sehingga Nurcholis Madjd (1992: 130) meyebutkan bahwa keimanan dan amal
perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kukuh ini seolah menengahi antara
iman dan amal .
Di samping
ayat –ayat AL qur”an, banyak nyajuga hadisyang memberikan dorongan kuat
untukmenuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip dari kitab jaami’u
Ashogir (Jalaludin-Asuyuti, t. t :44 ) :
“Carilah ilmu
walai sampai ke negri Cina ,karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib
bagisetuap muslim’”(hadis riwayat Baihaqi).
“Carilah ilmu
walau sampai ke negeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi
setiap muslim .sesungguhnya Malaikat akan meletakan sayapnya bagi penuntut ilmu
karena rela atas apa yang dia tuntut “(hadist riwayat Ibnu Abdil Bar).
Dari
hadist tersebut di atas , semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu ,dimana
menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal
batas wilayah.[1]
A.
Pengertian
Menurut
penelitian Dawam Raharjo,1 kata ilmu (ilm) dalam Al Qur’an disebut sebanyak 105
kali, tetapi jika dihitung berikut kata jadiannya menjadi 744 dengan perincian
: alima (35), ya’ lamu (215), i’lam (31), yu’lamu (1), ‘ilm (105), ‘alim (18),
ma’lum (13), ‘alamin (73), ‘alam (3), a’lam (49), ‘alim atau ulama (163),
‘allam (4), yu’allimu (16), ‘ulima (3), mu’allam (1) dan ta’allama (2).
Dari kata jadian tersebut muncul beberapa pengertian seperti; mengetahui, pengetahuan, orang yang berpengetahuan, yang tahu, terpelajar, paling mengetahui, memahami, mengetahui segala sesuatu, lebih tahu, sangat mengetahui, cerdik, mengajar, belajar, orang yang menerima pelajaran. Selain itu muncul juga pengertian tanda, alamat, tanda batas, tanda peringatan, segala kejadian alam, alam (dunia), segala yang ada, segala yang dapat diketahui. Selanjutnya menurut Dawam terdapat kata lain yang semakna dengan ilmu yaitu ‘arafa, khabara, dara, sya’ara, ya’isa, ankara, bashirah dan hakim.[2]
Dari kata jadian tersebut muncul beberapa pengertian seperti; mengetahui, pengetahuan, orang yang berpengetahuan, yang tahu, terpelajar, paling mengetahui, memahami, mengetahui segala sesuatu, lebih tahu, sangat mengetahui, cerdik, mengajar, belajar, orang yang menerima pelajaran. Selain itu muncul juga pengertian tanda, alamat, tanda batas, tanda peringatan, segala kejadian alam, alam (dunia), segala yang ada, segala yang dapat diketahui. Selanjutnya menurut Dawam terdapat kata lain yang semakna dengan ilmu yaitu ‘arafa, khabara, dara, sya’ara, ya’isa, ankara, bashirah dan hakim.[2]
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari
‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui.Dalam bahasa Inggeris Ilmu
biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge.
Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga
diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada
makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini
akan dikemukakan beberapa pengertian :
“Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara
bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan
gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
“Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by
observation and testing of fact (And English reader’s dictionary).
“Science is a systematized knowledge obtained by study,
observation, experiment” (Webster’s super New School and Office Dictionary)
Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti
pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun
secara sistematis atau menurut Moh Hatta (1954 : 5) “Pengetahuan yang didapat
dengan jalan keterangan disebut Ilmu”.[3]
B.
Dasar
1. Al-Qur`an
QS. Al-Mujadalah : 11
Allah SWT berjanji akan mengangkat
derajat orang-orang yang beriman dan berilmu sebagaimana tersurat dalam QS.
Al-Mujadalah : 11 yang berbunyi sebagai berikut:
$pkr'¯»ttûïÏ%©!$#(#þqãZtB#uä#sÎ)@Ï%öNä3s9(#qßs¡¡xÿs?ÎûħÎ=»yfyJø9$#(#qßs|¡øù$$sùËx|¡øÿtª!$#öNä3s9(#sÎ)ur@Ï%(#râà±S$#(#râà±S$$sùÆìsùötª!$#tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uäöNä3ZÏBtûïÏ%©!$#ur(#qè?ré&zOù=Ïèø9$#;M»y_uy4ª!$#ur$yJÎ/tbqè=yJ÷ès?×Î7yzÇÊÊÈ
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Dalam ayat lain Allah
berfirman yang artinya: “ Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? ”
2.
Hadits
a.
HR. Ibnu Abd al-Bar
Diriwayatkan
dari Anas berkata: Bersabda Rasulullah SAW: ”Tuntutlah ilmu walaupun di Negara
Cina, karena menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah.”
b.
HR. Dailami
Diriwayatkan
dari Ibn Abbas bahwa “ mencari ilmu satu jam lebih baik dari pada shalat malam
(tahajjud), dan mencari ilmu satu hari lebih baik dari pada puasa tiga bulan.”
c.
HR. At-Tirmidzi
Diriwayatkan
dari Sukhbarah bahwa barangsiapa yang mencari ilmu, maka baginya kifarat bagi
dosa yang telah lalu.
d.
HR. Asy-Syairazi
Diriwayatkan
dari ‘Aisyah ra bahwa barangsiapa yang pindah dari satu tempat ke tempat lain
untuk menuntut ilmu, maka baginya diampuni dosa sebelum berbuat kesalahan.
e.
HR. Ibn Najjar
Diriwayatkan
dari Anas bahwasanya ulama adalah pewaris para Nabi, penduduk langit mencintai
mereka (ulama), ikan-ikan di laut memohonkan ampun bagi mereka ketika mereka
meninggal samapai hari kiamat.
f.
HR. Abu Syeikh dan ad-Dailami
Diriwayatkan
dari Ibnu Abbas r.a bahwasanya apabila seorang ‘alim (ilmuwan) dan a’bid
(ahli ibadah) berkumpul di atas Shirath, dikatakan kepada ‘abid :“masuklah
engkau ke dalam surge dan nikmatilah karena ibadahmu itu”. Dan dikatakan kepada
‘alim: “Berhentilah engkau disini, lalu berikanlah syafaat (pertolongan)
kepada orang yang engkau cintai, karena sesungguhnya engkau tidak dapat
memberikan pertolongan kepada seseorang kecuali telah engkau tolong”, lalu
orang ‘alim itu menempati maqamnya para Nabi.
g.
HR. Al-Khathib
Diriwayatkan
dari Utsman r.a, bahwasanya orang pertama yang dapat member pertolongan (syafaat)
pada hari qiamat nanti adalah para Nabi, kemudian ulama, kemudian syuhada.Dan
diriwayatkan dari Anas, bahwa keutamaan seorang ‘alim atas yang lainnya seperti
keutamaan Nabi atas umatnya.
h.
HR. ‘Asakir dan Dailami
Diriwayatkan
dari Ibn Abbas bahwa ketika Sulaiman diperintahkan untuk memilih antara harta,
kekuasaan dan ilmu, maka Sulaiman memilih ilmu, karena pilihannya itu Sulaiman
diberikan kekuasaan dan harta.
i.
HR. Khatib
Diriwayatkan
dari Utsman r.a bahwa orang pertama yang dapat memberi syafaat (pertolongan)
pada hari kiamat adalah pertama para Nabi; kedua para ulama; dan ketiga
para syuhada.Diriwayatkan dari Anas bahwa keutamaan seorang al-‘alim
(ilmuwan) atas yang lainnya seperti keutamaan para Nabi atas umatnya.Jabir
berkata:”Muliakanlah oleh kalian para ulama karena sesungguhnya mereka adalah
pewaris para Nabi, barang siapa yang memuliakan mereka, maka Alllah dan
Rasulnya telah memuliakannya.”
C.
Hakekat dan
Fungsi Ilmu
Dalam
perbincangan sehari-hari terdapat beberapa kata yang semakna yaitu pengetahuan,
ilmu, dan ilmu pengetahuan.Pengetahuan (knowledge) adalah kumpulan fakta-fakta
yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya mengenai suatu hal tertentu,
sedangkan ilmu (sains, science) dalam pengertian sehari-hari tidak bisa begitu
saja disamakan dengan kata ilmu dalam arti sesungguhnya yang dirujuk dari
konsep Al Qur’an. Dalam pengertian sehari-hari ilmu adalah pengetahuan yang
telah disistematisir, disusun teratur mengenai suatu bidang tertentu yang jelas
batas-batasnya mengenai sasaran, cara kerja, dan tujuannya.
Ilmu (sains) diperoleh dan disusun tidak cukup hanya dari pencaman dan perenungan melainkan berkembang melalui pencerapan indera dan penginderaan (sensation), pengumpulan data, perbandingan data, penilaian jumlah berupa perhitungan, penimbangan, pengukuran, dan penakaran meningkat dari data-data yang bersifat khusus menuju ke kesimpulan yang umum (induksi) atau sebaliknya, dari data yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus (deduksi). Ilmu (sains) sepenuhnya bersifat empirik.Sesuatu yang tidak bisa diindera, diukur, ditimbang atau dilihat tidak bisa menjadi obyek ilmu (sains).Kumpulan dari ilmu (sains) disebut dengan pengetahuan.
Ilmu (sains) diperoleh dan disusun tidak cukup hanya dari pencaman dan perenungan melainkan berkembang melalui pencerapan indera dan penginderaan (sensation), pengumpulan data, perbandingan data, penilaian jumlah berupa perhitungan, penimbangan, pengukuran, dan penakaran meningkat dari data-data yang bersifat khusus menuju ke kesimpulan yang umum (induksi) atau sebaliknya, dari data yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus (deduksi). Ilmu (sains) sepenuhnya bersifat empirik.Sesuatu yang tidak bisa diindera, diukur, ditimbang atau dilihat tidak bisa menjadi obyek ilmu (sains).Kumpulan dari ilmu (sains) disebut dengan pengetahuan.
D.
Pembagian Ilmu
Ilmu
menurut konsepsi Islam secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu ilmu Allah
yang mencakup segala sesuatu, termasuk yang dapat disaksikan oleh indera
manusia maupun yang tidak bisa disaksikan oleh indera (gaib) yang hanya bisa
diketahui oleh manusia lewat wahyu.Kedua adalah, ilmu manusia meliputi ilmu
perolehan dan ilmu laduni.Ilmu perolehan kita dapatkan lewat berbagai
perenungan dan pembuktian, sedangkan ilmu laduni adalah ilmu yang diberikan
oleh Allah kepada orang-orang tertentu yang dipilih-Nya.
Dalam
hal ini, hanya mereka yang bersih dan suci hatinya yang berpeluang mendapatkan
ilmu ini. Dan jika ia mendapatkan ilmu ini maka terkuaklah sebagian besar
rahasia alam dan kehidupan di hadapannya. Sampai di sini cukup jelas bahwa kata
ilmu dalam Al Qur’an tidak bisa begitu saja disamakan dengan kata ilmu dalam
pengertian sehari-hari.Islam memandang bahwa terdapat kesatuan penciptaan,
kesatuan pengaturan, dan kesatuan mekanisme dalam alam kehidupan.Oleh karenanya
hanya ada satu realitas meliputi yang riil dan yang gaib.Salah satu tujuan
ilmu adalah mengetahui hakekat realitas termasuk segala mekanisme di dalamnya
baik untuk kepentingan pragmatis maupun untuk lebih jauh lagi untuk mengenal
SangPencipta.
Ilmu
menurut konsepsi Islam tidak melihat keterpisahan antara yang riil dan yang
gaib, sebagai konsekuensinya Islam melihat bahwa peristiwa atau sebuah mekanisme
alam tidak bisa dijelaskan hanya secara empirik sebagaimana dikemukakan oleh
sains.Dengan demikian ilmu dalam pengertian sehari-hari yang tidak lebih
sebatas sains, merupakan reduksi dan tidak mungkin mampu mencapai hakekat
realitas.Anehnya sains (ilmu) yang hanya sebuah reduksi ini dipercaya mampu
menjelaskan segala-galanya. Inilah barangkali salah satu penyebab perkembangan
sains tidak menambah kedekatan kita dengan Sang Pencipta, bahkan sebaliknya
telah menimbulkan kerusakan kehidupan. Ilmu yang benar akan mampu meningkatkan
ketakwaan seseorang terhadap Tuhannya.[4]
Perhatikan!
1.
Sesungguhnya kewajiban pertama
orang tua atas anak-anaknya adalah mengajarkan kepada mereka bahwa Nabi
Muhammad SAW dilahirkan di Makkah, wafat dan dikebumikan di Madinah.
2.
Sesungguhnya perkara yang pertama
kali wajib bagi seorang mukallaf adalah: pertama, mengetahui dua kalimat
syahadat berikut maknanya dan memastikan keyakinannya; kedua, mengetahui
dhahir ilmu tauhid dan sifat-sifat Allah meskipun tidak terbukti dari dalil; ketiga,
perkara yang dibutuhkan untuk menegakan kewajiban-kewajiban agama, seperti
rukun-rukun shalat dan puasa berikut syarat-syarat keduanya, zakat ---jika
memiliki harta yang sudah mencapai nishab---, haji ---jika mampu---; keempat,
mengetahui hukum-hukum baru yang banyak terjadi, seperti rukun-rukun dan
syarat, terutama dalam persoalan riba dan kewajiban pembagian hak suami isteri;
kelima, mengetahui obat penyakit hati, seperti dengki, ria, ‘ujub, dan
sombong; dan keenam, meyakini kebenaran apa yang datang dari al-Qur`an
dan al-Sunnah.
Mantap! mencerahkan
BalasHapus