Minggu, 24 November 2013

FIKIH IBADAH: Ihwal Ilmu (II)


Oleh: H. Jamaludin, MAg
Kedudukan ilmu dalam ajaran Islam sangatlah penting. Hal ituterbukti dari banyaknya ayat Al-Qur`an yang menjelaskan tentangbagaimana mulia dan tingginya derajat orang yang berilmu.Disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Didalam Al-Qur`an, kata ilmu dan kata-kata jadiannya digunakan lebih dari 780 kali, ini bermakna bahwa ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Al-Qur`an sangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dariagama Islam sebagamana dikemukakan oleh Dr. Mahadi Ghulsyani9(1995;; 39) sebagai berikut ;
‘’Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al-Qur`an dan Al –sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan ,serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi’’
ALLah s.w.t berfirman dalam AL qur;’an surat AL Mujadalah ayat 11 yang artinya:
“ALLah meninggikan baeberapa derajat (tingkatan) orang-orang yang berirman diantara kamu dan orang-orang yang berilmu (diberi ilmupengetahuan).dan ALLAH maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
Ayat di atas dengan jelas menunjukan bahwa orang yang beriman dan berilmu akan menjadi memperoleh kedudukan yang tinggi. Keimanan yang dimiliki seseorang akan menjadi pendorong untuk menuntut ILmu ,dan Ilmu yang dimiliki seseorang akan membuat dia sadar betapa kecilnya manusia dihadapan ALLah ,sehingga akan tumbuh rasakepada ALLah bila melakukan hal-hal yang dilarangnya, hal inisejalan dengan fuirman ALLah:
“sesungguhnya yang takut kepada allah diantara hamba –hambanya hanyaklah ulama (orang berilmu) ; (surat faatir:28)
Disamping ayat –ayat Qur’an yang memposisikan Ilmu dan orang berilmu sangat istimewa, Al-Qur`an juga mendorong umat islam untuk berdo’a agar ditambahi ilmu, seprti tercantum dalam Al-Qur`an sursat Thaha ayayt 114 yang artinya “dan katakanlah, tuhanku ,tambahkanlah kepadaku ilmu penggetahuan “. dalam hubungan inilah konsep membaca, sebagai salah satu wahana menambah ilmu ,menjadi sangat penting,dan islam telah sejak awal menekeankan pentingnya membaca , sebagaimana terlihat dari firman ALLah yang pertama diturunkan yaitu surat Al Alaq ayat 1sampai dengan ayat 5 yang artuinya:
“bacalah dengan meyebut nama tuhanmu yang menciptakan. Dia
telah menciptakan Kamu dari segummpal darah .
Bacalah,dan tuhanmulah yang paling pemurah.
Yang mengajar (manusia ) dengan perantara kala .
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahui.”
Ayat-ayat tersebut , jelas merupakan sumber motivasi bagi umat islam untuk tidak pernah berhenti menuntut ilmu,untuk terus membaca ,sehingga posisi yang tinggi dihadapan ALLah akan tetap terjaga, yang berearti juga rasa takut kepeada ALLah akan menjiwai seluruh aktivitas kehidupan manusia untuk melakukan amal shaleh , dengan demikian nampak bahwa keimanan yang dibarengi denga ilmu akan membuahkan amal ,sehingga Nurcholis Madjd (1992: 130) meyebutkan bahwa keimanan dan amal perbuatan membentuk segi tiga pola hidup yang kukuh ini seolah menengahi antara iman dan amal .
Di samping ayat –ayat AL qur”an, banyak nyajuga hadisyang memberikan dorongan kuat untukmenuntut Ilmu antara lain hadis berikut yang dikutip dari kitab jaami’u Ashogir (Jalaludin-Asuyuti, t. t :44 ) :
“Carilah ilmu walai sampai ke negri Cina ,karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagisetuap muslim’”(hadis riwayat Baihaqi).
“Carilah ilmu walau sampai ke negeri cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim .sesungguhnya Malaikat akan meletakan sayapnya bagi penuntut ilmu karena rela atas apa yang dia tuntut “(hadist riwayat Ibnu Abdil Bar).
Dari hadist tersebut di atas , semakin jelas komitmen ajaran Islam pada ilmu ,dimana menuntut ilmu menduduki posisi fardhu (wajib) bagi umat islam tanpa mengenal batas wilayah.[1]

A.                Pengertian
Menurut penelitian Dawam Raharjo,1 kata ilmu (ilm) dalam Al Qur’an disebut sebanyak 105 kali, tetapi jika dihitung berikut kata jadiannya menjadi 744 dengan perin­cian : alima (35), ya’ lamu (215), i’lam (31), yu’lamu (1), ‘ilm (105), ‘alim (18), ma’lum (13), ‘alamin (73), ‘alam (3), a’lam (49), ‘alim atau ulama (163), ‘allam (4), yu’allimu (16), ‘ulima (3), mu’allam (1) dan ta’allama (2).
Dari kata jadian tersebut muncul beberapa peng­ertian seperti; mengetahui, pengetahuan, orang yang berpengetahuan, yang tahu, terpelajar, paling menget­ahui, memahami, mengetahui segala sesuatu, lebih tahu, sangat mengetahui, cerdik, mengajar, belajar, orang yang menerima pelajaran. Selain itu muncul juga penger­tian tanda, alamat, tanda batas, tanda peringatan, segala kejadian alam, alam (dunia), segala yang ada, segala yang dapat diketahui. Selanjutnya menurut Dawam terdapat kata lain yang semakna dengan ilmu yaitu ‘arafa, khabara, dara, sya’ara, ya’isa, ankara, bashirah dan hakim.[2]
Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari ‘alima – ya’lamu yang berarti tahu atau mengetahui.Dalam bahasa Inggeris Ilmu biasanya dipadankan dengan kata science, sedang pengetahuan dengan knowledge. Dalam bahasa Indonesia kata science umumnya diartikan Ilmu tapi sering juga diartikan dengan Ilmu Pengetahuan, meskipun secara konseptual mengacu paada makna yang sama. Untuk lebih memahami pengertian Ilmu (science) di bawah ini akan dikemukakan beberapa pengertian :
“Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
“Science is knowledge arranged in a system, especially obtained by observation and testing of fact (And English reader’s dictionary).
“Science is a systematized knowledge obtained by study, observation, experiment” (Webster’s super New School and Office Dictionary)
Dari pengertian di atas nampak bahwa Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau menurut Moh Hatta (1954 : 5) “Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan disebut Ilmu”.[3]

B.                 Dasar
1.       Al-Qur`an
QS. Al-Mujadalah : 11
Allah SWT berjanji akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu sebagaimana tersurat dalam QS. Al-Mujadalah : 11 yang berbunyi sebagai berikut:
$pkšr'¯»tƒtûïÏ%©!$#(#þqãZtB#uä#sŒÎ)Ÿ@ŠÏ%öNä3s9(#qßs¡¡xÿs?ÎûħÎ=»yfyJø9$#(#qßs|¡øù$$sùËx|¡øÿtƒª!$#öNä3s9(#sŒÎ)urŸ@ŠÏ%(#râà±S$#(#râà±S$$sùÆìsùötƒª!$#tûïÏ%©!$#(#qãZtB#uäöNä3ZÏBtûïÏ%©!$#ur(#qè?ré&zOù=Ïèø9$#;M»y_uyŠ4ª!$#ur$yJÎ/tbqè=yJ÷ès?׎Î7yzÇÊÊÈ
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Dalam ayat lain Allah berfirman yang artinya: “ Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui ? ”


2.      Hadits
a.       HR. Ibnu Abd al-Bar
Diriwayatkan dari Anas berkata: Bersabda Rasulullah SAW: ”Tuntutlah ilmu walaupun di Negara Cina, karena menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimah.”
b.      HR. Dailami
Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa “ mencari ilmu satu jam lebih baik dari pada shalat malam (tahajjud), dan mencari ilmu satu hari lebih baik dari pada puasa tiga bulan.”
c.       HR. At-Tirmidzi
Diriwayatkan dari Sukhbarah bahwa barangsiapa yang mencari ilmu, maka baginya kifarat bagi dosa yang telah lalu.
d.      HR. Asy-Syairazi
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra bahwa barangsiapa yang pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menuntut ilmu, maka baginya diampuni dosa sebelum berbuat kesalahan.
e.       HR. Ibn Najjar
Diriwayatkan dari Anas bahwasanya ulama adalah pewaris para Nabi, penduduk langit mencintai mereka (ulama), ikan-ikan di laut memohonkan ampun bagi mereka ketika mereka meninggal samapai hari kiamat.
f.       HR. Abu Syeikh dan ad-Dailami
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a bahwasanya apabila seorang ‘alim (ilmuwan) dan a’bid (ahli ibadah) berkumpul di atas Shirath, dikatakan kepada ‘abid :“masuklah engkau ke dalam surge dan nikmatilah karena ibadahmu itu”. Dan dikatakan kepada ‘alim: “Berhentilah engkau disini, lalu berikanlah syafaat (pertolongan) kepada orang yang engkau cintai, karena sesungguhnya engkau tidak dapat memberikan pertolongan kepada seseorang kecuali telah engkau tolong”, lalu orang ‘alim itu menempati maqamnya para Nabi.
g.      HR. Al-Khathib
Diriwayatkan dari Utsman r.a, bahwasanya orang pertama yang dapat member pertolongan (syafaat) pada hari qiamat nanti adalah para Nabi, kemudian ulama, kemudian syuhada.Dan diriwayatkan dari Anas, bahwa keutamaan seorang ‘alim atas yang lainnya seperti keutamaan Nabi atas umatnya.
h.      HR. ‘Asakir dan Dailami
Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa ketika Sulaiman diperintahkan untuk memilih antara harta, kekuasaan dan ilmu, maka Sulaiman memilih ilmu, karena pilihannya itu Sulaiman diberikan kekuasaan dan harta.
i.        HR. Khatib
Diriwayatkan dari Utsman r.a bahwa orang pertama yang dapat memberi syafaat (pertolongan) pada hari kiamat adalah pertama para Nabi; kedua para ulama; dan ketiga para syuhada.Diriwayatkan dari Anas bahwa keutamaan seorang al-‘alim (ilmuwan) atas yang lainnya seperti keutamaan para Nabi atas umatnya.Jabir berkata:”Muliakanlah oleh kalian para ulama karena sesungguhnya mereka adalah pewaris para Nabi, barang siapa yang memuliakan mereka, maka Alllah dan Rasulnya telah memuliakannya.”
C.                 Hakekat dan Fungsi Ilmu
Dalam perbincangan sehari-hari terdapat beberapa kata yang semakna yaitu pengetahuan, ilmu, dan ilmu pengetahuan.Pengetahuan (knowledge) adalah kumpulan fakta-fakta yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya mengenai suatu hal tertentu, sedangkan ilmu (sains, science) dalam pengertian sehari-hari tidak bisa begitu saja disamakan dengan kata ilmu dalam arti se­sungguhnya yang dirujuk dari konsep Al Qur’an. Dalam pengertian sehari-hari ilmu adalah pengetahuan yang telah disistematisir, disusun teratur mengenai suatu bidang tertentu yang jelas batas-batasnya mengenai sasaran, cara kerja, dan tujuannya.
Ilmu (sains) diperoleh dan disusun tidak cukup hanya dari pencaman dan perenungan melainkan berkembang melalui pencerapan indera dan penginderaan (sensation), pengumpulan data, perbandingan data, penilaian jumlah berupa perhitungan, penimbangan, pengukuran, dan penakaran meningkat dari data-data yang bersifat khusus menuju ke kesimpulan yang umum (induksi) atau sebaliknya, dari data yang bersifat umum menuju yang bersifat khusus (deduksi). Ilmu (sains) sepenuhnya bersifat empirik.Sesuatu yang tidak bisa diindera, diukur, ditimbang atau dilihat tidak bisa menjadi obyek ilmu (sains).Kumpulan dari ilmu (sains) disebut dengan pengetahuan.

D.                Pembagian Ilmu
Ilmu menurut konsepsi Islam secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu ilmu Allah yang mencakup segala sesuatu, termasuk yang dapat disaksikan oleh indera manusia maupun yang tidak bisa disaksikan oleh indera (gaib) yang hanya bisa diketahui oleh manusia lewat wahyu.Kedua adalah, ilmu manusia meliputi ilmu perole­han dan ilmu laduni.Ilmu perolehan kita dapatkan lewat berbagai perenungan dan pembuktian, sedangkan ilmu laduni adalah ilmu yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang tertentu yang dipilih-Nya.
Dalam hal ini, hanya mereka yang bersih dan suci hatinya yang berpel­uang mendapatkan ilmu ini. Dan jika ia mendapatkan ilmu ini maka terkuaklah sebagian besar rahasia alam dan kehidupan di hadapannya. Sampai di sini cukup jelas bahwa kata ilmu dalam Al Qur’an tidak bisa begitu saja disamakan dengan kata ilmu dalam pengertian sehari-hari.Islam memandang bahwa terdapat kesatuan penciptaan, kesatuan pengaturan, dan kesatuan mekanisme dalam alam kehidupan.Oleh karenanya hanya ada satu realitas melip­uti yang riil dan yang gaib.Salah satu tujuan ilmu adalah mengetahui hakekat realitas termasuk segala mekanisme di dalamnya baik untuk kepentingan pragmatis maupun untuk lebih jauh lagi untuk mengenal SangPencip­ta.
Ilmu menurut konsepsi Islam tidak melihat keterpisahan antara yang riil dan yang gaib, sebagai konsekuensinya Islam melihat bahwa peristiwa atau sebuah meka­nisme alam tidak bisa dijelaskan hanya secara empirik sebagaimana dikemukakan oleh sains.Dengan demikian ilmu dalam pengertian sehari-hari yang tidak lebih sebatas sains, merupakan reduksi dan tidak mungkin mampu menca­pai hakekat realitas.Anehnya sains (ilmu) yang hanya sebuah reduksi ini dipercaya mampu menjelaskan segala-galanya. Inilah barangkali salah satu penyebab perkem­bangan sains tidak menambah kedekatan kita dengan Sang Pencipta, bahkan sebaliknya telah menimbulkan kerusakan kehidupan. Ilmu yang benar akan mampu meningkatkan ketakwaan seseorang terhadap Tuhannya.[4]

Perhatikan!
1.         Sesungguhnya kewajiban pertama orang tua atas anak-anaknya adalah mengajarkan kepada mereka bahwa Nabi Muhammad SAW dilahirkan di Makkah, wafat dan dikebumikan di Madinah.

2.         Sesungguhnya perkara yang pertama kali wajib bagi seorang mukallaf adalah: pertama, mengetahui dua kalimat syahadat berikut maknanya dan memastikan keyakinannya; kedua, mengetahui dhahir ilmu tauhid dan sifat-sifat Allah meskipun tidak terbukti dari dalil; ketiga, perkara yang dibutuhkan untuk menegakan kewajiban-kewajiban agama, seperti rukun-rukun shalat dan puasa berikut syarat-syarat keduanya, zakat ---jika memiliki harta yang sudah mencapai nishab---, haji ---jika mampu---; keempat, mengetahui hukum-hukum baru yang banyak terjadi, seperti rukun-rukun dan syarat, terutama dalam persoalan riba dan kewajiban pembagian hak suami isteri; kelima, mengetahui obat penyakit hati, seperti dengki, ria, ‘ujub, dan sombong; dan keenam, meyakini kebenaran apa yang datang dari al-Qur`an dan al-Sunnah.



[1]http://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/
[2]http://thohir3.blogspot.com/2008/12/ilmu-dalam-perspektif-islam.html
[3]http://uharsputra.wordpress.com/filsafat/islam-dan-ilmu/
[4]http://thohir3.blogspot.com/2008/12/ilmu-dalam-perspektif-islam.html

1 komentar: