Minggu, 24 November 2013

FIKIH IBADAH: Makna Iman (I)

IMAN
Oleh H. Jamaludin, MAg
A.                Pengertian
Iman adalah percaya kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para Rasul, hari akhir serta percaya kepada qadar Allah yang baik maupun yang jelek.[1]

B.                 Dasar Hukum
1.         Al-Qur`an
a)    QS. Al-Baqarah : 21-22
$pkšr'¯»tƒâ¨$¨Y9$#(#rßç6ôã$#ãNä3­/uÏ%©!$#öNä3s)n=s{tûïÏ%©!$#ur`ÏBöNä3Î=ö6s%
öNä3ª=yès9tbqà)­Gs?ÇËÊÈÏ%©!$#Ÿ@yèy_ãNä3s9uÚöF{$#$V©ºtÏùuä!$yJ¡¡9$#ur
[ä!$oYÎ/tAtRr&urz`ÏBÏä!$yJ¡¡9$#[ä!$tBylt÷zr'sù¾ÏmÎ/z`ÏBÏNºtyJ¨V9$#$]%øÍöNä3©9(
Ÿxsù(#qè=yèøgrB¬!#YŠ#yRr&öNçFRr&uršcqßJn=÷ès?ÇËËÈ
21.  Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
22.  Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,[2] padahal kamu mengetahui.
b)      QS. An-Nisa : 136
$pkšr'¯»tƒtûïÏ%©!$#(#þqãYtB#uä(#qãYÏB#uä«!$$Î/¾Ï&Î!qßuurÉ=»tFÅ3ø9$#urÏ%©!$#tA¨tR
4n?tã¾Ï&Î!qßuÉ=»tFÅ6ø9$#urüÏ%©!$#tAtRr&`ÏBã@ö6s%4`tBuröàÿõ3tƒ
«!$$Î/¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur¾ÏmÎ7çFä.ur¾Ï&Î#ßâurÏQöquø9$#ur̍ÅzFy$#ôs)sù¨@|Ê
Kx»n=|Ê#´Ïèt/
136.  Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian, Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.



2.         Hadits
a.         HR. Muslim
Dari Sahabat Umar bin Khathab pernah berkata: “ Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar r.a., dia bercerita, ‘Umar bin Khathab r.a bercerita: “pada suatu hari aku berada di sisi Rasulullah SAW., tiba-tiba muncul ke hadapan kami seseorang yang kasar dan berpakaian serba putih, berambut hitam pekat. Tidak terlihat padanya bekas-bekas perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya. Dia duduk di hadapan Rasulullah SAW, kemudian  dia menyandarkan kedua lututnya ke lutut beliau serta meletakkan kedua telapak tangannya ke atas kedua pahanya. Kemudian berkata: “Hai Muhammad beritahukan kepadaku tentang Islam.”Maka Beliau bersabda: “Hendaklah engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan Shalat, menunaikan zakat, mengerjakan puasa Ramadhan, menunaikan haji ke baitullah jika engkau mampu. “Engkau benar,” kata orang itu.“Maka kami, lanjut Umar,” benar-benar terkejut, orang itu bertanya dan dia sendiri yang membenarkannya.”Selanjutnya, orang itu berkata: Beritahukan kepadaku tentang iman. Rasulullah SAW menjawab: “ Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan qadar yang baik maupun yang buruk.”“Engkau benar,” sambut orang itu. Kemudian dia berkata: Beritahukan kepadaku tentang ihsan.” “Beliau bersabda: Hendaklah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Lebih lanjut orang itu bertanya, “ Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat,” maka Rasulullah SAW bersabda: orang yang ditanya tidak lebih tahu dari penanya.”Lalu orang itu berkata, maka beritahu aku tanda-tandanya.” Beliau menjawab, “jika seorang budak wanita melahirkan tuannya, dan jika engkau melihat orang berjalan kaki dalam keadaan telanjang, miskin dan mengembala kambing tetapi bermegah-megahan dalam  mendirikan bangunan.”Kemudia Umar Ibn Khaththab r.a melanjutkan, dan aku tetap tenang, hingga selanjutnya Rasulullah SAW  bersabda setelah laki-laki itu pergi, “ Apakah engkau tahu siapa penanya itu ?, aku datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kepada kalian. [3]

b.        HR. Ahmad dan Hakim
Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda: “barukanlah iman kalian, dikatakan bagaimana cara kami membarukan keimanan kami ya Rasulullah ? Rasulullah SAW bersabda: perbanyaklah ucapan kalimat  لا اله الا الله

c.         HR. Turmudzi dan Nasai’
Diriwayatkan dari Jabir bahwa “dzikir yang paling utama adalah mengucapkan kalimat  لا اله الا الله dan berdo’a yang paling utama  adalah mengucapkan kalimat   الحمد لله” 

d.        HR. Abu Ya’la
Diriwayatkan dari Abu Bakar r.a dan dari keturunannya bahwa “ Wajib atas kalian mengucapkan kalimat لا اله الا الله   dan istighfar, dan perbanyaklah mengucapkan keduanya, karena sesungguhnya Iblis telah berkata:” Aku akan menghancurkan manusia dengan dosa-dosa, dan mereka (manusia) akan menghancurkanku dengan mengucapkan kalimat لا اله الا الله   dan istighfar, lalu ketika aku melihat hal itu, maka aku akan menghancurkan mereka dengan hawa nafsu dan mereka akan mengira bahwa mereka adalah termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Taj al-Subki menjelaskan bahwa Islam itu adalah perbuatan anggota badan yang tidak berarti apa-apa kecuali disertai dengan iman, dan iman itu adalah pembenaran dengan hati yang tidak dipandang beriman kecuali dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Imam an-Nawawi dalam syarah Muslim lebih jauh menegaskan bahwa Ahlusunnah, yaitu dari kalangan Muhadditsinfuqaha dan mutakallimin bersepakat bahwa barangsiapa yang beriman dengan hatinya tetapi tidak mau mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lisannya padahal ia mampu melakukannya, maka ia abadi di dalam neraka.[4]



[1] Iman kepada Allah artinya meyakini bahwa Allah adalah Esa, baik dalam dzat maupun sifat-Nya, tidak ada sekutu dalam ketuhanannya, yakni hanya Ia yang berhak disembah. Ia adalah terdahulu dan tidak ada yang mendahului. Ia adalah abadi dan tidak berakhir. Iman kepada malaikat artinya meyakini bahwa mereka adalah makhluk yang dimuliakan, tidak pernah membantah terhadap apa yang diperintahkan, mengerjakan apa yang diperintahkan dan membenarkan terhadap apa yang diberitakan. Iman kepada Kitab artinya adalah meyakini bahwa kitab-kitab itu adalah kalam Allah yang azali, berdiri sendiri, suci dari huruf dan suara, dan apa yang tercantum didalamnya adalah benar, dan sesungguhnya Allah telah menurunkan kitab-kitab itu kepada sebagian rasul dengan lafadz-lafadz yang haditsah, baik dalam tulisan maupun lisan para raja. Iman kepada rasul artinya bahwa Allah mengutus mereka kepada makhluk dan menyucikan mereka dari wakhimah dan kekurangan.Dan mereka di-ma’shum (terjaga) dari dosa kecil dan besar, baik sebelum maupun sesudah kenabian. Iman kepada hari akhir (dari maut sampai akhir apa yang terjadi) artinya meyakini keberadaannya berikut apa yang tercakup didalamnya, seperti pertanyaan dua malaikat, nikmat dan siksa qubur, kebangkitan, pahala,  pembalasan, timbangan, shirat (jalan), surga dan neraka. Iman kepada qadar artinya meyakini bahwa apa yang telah ditetapkan secara azali pasti terjadi , dan apa yang tidak ditetapkan mustahil (tidak mungkin) terjadi. Dan meyakini bahwa Allah telah menetapkan baik dan buruk sebelum makhluk diciptakan, dan bahwasannya kaainat (apa saja yang ada) kesemuanya dalam ketetapan dan keputusan-Nya. Lihat Zainuddin al-malibari, Irsyad al-‘ibad ila Sabili al-Rasyad, (Indonesia: Maktabah Dar Ihya al-Kutub al-‘Arabiyah, tt), h. 3. 
[2]ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.

[3] Syekh Abdul Qadir Jailani, Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq fi al-Akhlaq wa al-Tasawuf wa al-Adab al-Islamiyah, diterjemahkan oleh Muhammad abdul Gaffar dengan judul Fiqh Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2006), h. 12-13.
[4] Zainuddin al-Malibari, op. cit., h. 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar