IMAN
Oleh H. Jamaludin, MAg
A.
Pengertian
Iman
adalah percaya kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab, para Rasul, hari akhir
serta percaya kepada qadar Allah yang baik maupun yang jelek.[1]
B.
Dasar Hukum
1.
Al-Qur`an
a)
QS. Al-Baqarah : 21-22
$pkr'¯»tâ¨$¨Y9$#(#rßç6ôã$#ãNä3/uÏ%©!$#öNä3s)n=s{tûïÏ%©!$#ur`ÏBöNä3Î=ö6s%
öNä3ª=yès9tbqà)Gs?ÇËÊÈÏ%©!$#@yèy_ãNä3s9uÚöF{$#$V©ºtÏùuä!$yJ¡¡9$#ur
[ä!$oYÎ/tAtRr&urz`ÏBÏä!$yJ¡¡9$#[ä!$tBylt÷zr'sù¾ÏmÎ/z`ÏBÏNºtyJ¨V9$#$]%øÍöNä3©9(
xsù(#qè=yèøgrB¬!#Y#yRr&öNçFRr&urcqßJn=÷ès?ÇËËÈ
21. Hai manusia,
sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar
kamu bertakwa.
22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit,
lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki
untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah,[2]
padahal kamu mengetahui.
b)
QS. An-Nisa : 136
$pkr'¯»ttûïÏ%©!$#(#þqãYtB#uä(#qãYÏB#uä«!$$Î/¾Ï&Î!qßuurÉ=»tFÅ3ø9$#urÏ%©!$#tA¨tR
4n?tã¾Ï&Î!qßuÉ=»tFÅ6ø9$#urüÏ%©!$#tAtRr&`ÏBã@ö6s%4`tBuröàÿõ3t
«!$$Î/¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur¾ÏmÎ7çFä.ur¾Ï&Î#ßâurÏQöquø9$#urÌÅzFy$#ôs)sù¨@|Ê
Kx»n=|Ê#´Ïèt/
136.
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
rasul-Nya dan kepada Kitab yang Allah turunkan kepada rasul-Nya serta Kitab
yang Allah turunkan sebelumnya. barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
Maka Sesungguhnya orang itu Telah sesat sejauh-jauhnya.
2.
Hadits
a.
HR. Muslim
Dari
Sahabat Umar bin Khathab pernah berkata: “ Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar r.a.,
dia bercerita, ‘Umar bin Khathab r.a bercerita: “pada suatu hari aku berada di
sisi Rasulullah SAW., tiba-tiba muncul ke hadapan kami seseorang yang kasar dan
berpakaian serba putih, berambut hitam pekat. Tidak terlihat padanya
bekas-bekas perjalanan, dan tidak seorang pun dari kami yang mengenalnya. Dia
duduk di hadapan Rasulullah SAW, kemudian
dia menyandarkan kedua lututnya ke lutut beliau serta meletakkan kedua
telapak tangannya ke atas kedua pahanya. Kemudian berkata: “Hai Muhammad
beritahukan kepadaku tentang Islam.”Maka Beliau bersabda: “Hendaklah engkau bersaksi
bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan
Shalat, menunaikan zakat, mengerjakan puasa Ramadhan, menunaikan haji ke
baitullah jika engkau mampu. “Engkau benar,” kata orang itu.“Maka kami, lanjut
Umar,” benar-benar terkejut, orang itu bertanya dan dia sendiri yang
membenarkannya.”Selanjutnya, orang itu berkata: Beritahukan kepadaku tentang
iman. Rasulullah SAW menjawab: “ Hendaklah engkau beriman kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan qadar
yang baik maupun yang buruk.”“Engkau benar,” sambut orang itu. Kemudian dia
berkata: Beritahukan kepadaku tentang ihsan.” “Beliau bersabda: Hendaklah
engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan kalau engkau tidak
melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” Lebih lanjut orang itu bertanya,
“ Beritahukan kepadaku tentang hari kiamat,” maka Rasulullah SAW bersabda:
orang yang ditanya tidak lebih tahu dari penanya.”Lalu orang itu berkata, maka
beritahu aku tanda-tandanya.” Beliau menjawab, “jika seorang budak wanita
melahirkan tuannya, dan jika engkau melihat orang berjalan kaki dalam keadaan
telanjang, miskin dan mengembala kambing tetapi bermegah-megahan dalam mendirikan bangunan.”Kemudia Umar Ibn
Khaththab r.a melanjutkan, dan aku tetap tenang, hingga selanjutnya Rasulullah
SAW bersabda setelah laki-laki itu
pergi, “ Apakah engkau tahu siapa penanya itu ?, aku datang kepada kalian untuk
mengajarkan agama kepada kalian. [3]
b.
HR. Ahmad dan Hakim
Dari
Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda: “barukanlah iman kalian,
dikatakan bagaimana cara kami membarukan keimanan kami ya Rasulullah ?
Rasulullah SAW bersabda: perbanyaklah ucapan kalimat لا اله الا الله
c.
HR. Turmudzi dan Nasai’
Diriwayatkan
dari Jabir bahwa “dzikir yang paling utama adalah mengucapkan kalimat لا اله الا الله dan berdo’a yang paling utama adalah mengucapkan kalimat الحمد لله”
d.
HR. Abu Ya’la
Diriwayatkan
dari Abu Bakar r.a dan dari keturunannya bahwa “ Wajib atas kalian mengucapkan
kalimat لا اله الا الله dan istighfar, dan
perbanyaklah mengucapkan keduanya, karena sesungguhnya Iblis telah berkata:”
Aku akan menghancurkan manusia dengan dosa-dosa, dan mereka (manusia) akan
menghancurkanku dengan mengucapkan kalimat لا اله الا
الله dan istighfar, lalu ketika aku melihat hal
itu, maka aku akan menghancurkan mereka dengan hawa nafsu dan mereka akan
mengira bahwa mereka adalah termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Taj al-Subki
menjelaskan bahwa Islam itu adalah perbuatan anggota badan yang tidak berarti
apa-apa kecuali disertai dengan iman, dan iman itu adalah pembenaran dengan
hati yang tidak dipandang beriman kecuali dengan mengucapkan dua kalimat
syahadat. Imam an-Nawawi dalam syarah Muslim lebih jauh menegaskan bahwa
Ahlusunnah, yaitu dari kalangan Muhadditsin, fuqaha dan mutakallimin
bersepakat bahwa barangsiapa yang beriman dengan hatinya tetapi tidak mau
mengucapkan dua kalimat syahadat dengan lisannya padahal ia mampu melakukannya,
maka ia abadi di dalam neraka.[4]
[1] Iman kepada Allah artinya
meyakini bahwa Allah adalah Esa, baik dalam dzat maupun sifat-Nya, tidak ada
sekutu dalam ketuhanannya, yakni hanya Ia yang berhak disembah. Ia adalah
terdahulu dan tidak ada yang mendahului. Ia adalah abadi dan tidak berakhir. Iman
kepada malaikat artinya meyakini bahwa mereka adalah makhluk yang dimuliakan,
tidak pernah membantah terhadap apa yang diperintahkan, mengerjakan apa yang
diperintahkan dan membenarkan terhadap apa yang diberitakan. Iman kepada Kitab
artinya adalah meyakini bahwa kitab-kitab itu adalah kalam Allah yang azali,
berdiri sendiri, suci dari huruf dan suara, dan apa yang tercantum didalamnya
adalah benar, dan sesungguhnya Allah telah menurunkan kitab-kitab itu kepada
sebagian rasul dengan lafadz-lafadz yang haditsah, baik dalam tulisan maupun
lisan para raja. Iman kepada rasul artinya bahwa Allah mengutus mereka kepada
makhluk dan menyucikan mereka dari wakhimah dan kekurangan.Dan mereka
di-ma’shum (terjaga) dari dosa kecil dan besar, baik sebelum maupun
sesudah kenabian. Iman kepada hari akhir (dari maut sampai akhir apa yang
terjadi) artinya meyakini keberadaannya berikut apa yang tercakup didalamnya,
seperti pertanyaan dua malaikat, nikmat dan siksa qubur, kebangkitan, pahala, pembalasan, timbangan, shirat (jalan),
surga dan neraka. Iman kepada qadar artinya meyakini bahwa apa yang telah
ditetapkan secara azali pasti terjadi , dan apa yang tidak ditetapkan mustahil
(tidak mungkin) terjadi. Dan meyakini bahwa Allah telah menetapkan baik dan
buruk sebelum makhluk diciptakan, dan bahwasannya kaainat (apa saja yang
ada) kesemuanya dalam ketetapan dan keputusan-Nya. Lihat Zainuddin al-malibari,
Irsyad al-‘ibad ila Sabili al-Rasyad, (Indonesia: Maktabah Dar Ihya
al-Kutub al-‘Arabiyah, tt), h. 3.
[2]ialah segala sesuatu yang disembah di
samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.
[3]
Syekh Abdul Qadir Jailani, Al-Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haqq fi al-Akhlaq
wa al-Tasawuf wa al-Adab al-Islamiyah, diterjemahkan oleh Muhammad abdul
Gaffar dengan judul Fiqh Tasawuf, (Bandung: Pustaka Hidayah, 2006), h.
12-13.
[4]
Zainuddin al-Malibari, op. cit., h. 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar